Belum lagi fakta terkait banyaknya desakan orang tua yang mengharapkan aktivitas belajar mengajar secara tatap muka dapat dilakukan lagi. Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Cyrus Network, sebanyak 80% responden menyatakan setuju bahwa sekolah, baik TK, SD, SMP maupun SMA, dibuka kembali. Alhasil, sejak Juli silam pemerintah memutuskan untuk membuka sekolah-sekolah yang berada di zona hijau.
Hal ini tentunya sangat menyayat hati. Sebab, tingkat penularan virus kepada murid akan semakin meningkat, terlebih jika tidak adanya pengawasan pelaksanaan protokol kesehatan yang ketat. Namun, tidak dapat dipungkiri juga bahwa penerapan belajar daring tidak terlalu efektif karena beberapa hal berikut:
1. Fasilitas kurang memadai
Photo by Sadman Chowdhury from Pexels
Di era global ini kebanyakan dari kita telah mengenal smartphone dan laptop, apalagi internet. Berdasarkan Digital 2020, 60 persen penduduk dunia telah menggunakan akses internet. Tetapi, pada kenyataannya tidak semua orang memiliki media pendukung tersebut. Belum lagi jaringan koneksi internet yang terhubung harus lancar agar pengalaman belajar daring tidak terganggu.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), penetrasi internet di pedesaan rata-rata hanya 51,91%, jauh lebih sedikit daripada di perkotaan yang mencapai 78,08%.
Sedangkan, kepemilikan komputer yang menjadi media penting untuk pembelajaran sangat rendah di pedesaan, hanya 9,93%. Namun, di perkotaan kepimilikannya tercatat sebanyak 28,43%.
Fasilitas dan infrastruktur yang belum memadai ini merupakan hambatan proses belajar mengajar daring yang paling utama.
2. Hasilnya tergolong relatif
Photo byAndrea Piacquadio from Pexels
Karena segalanya berkiblatkan daring, guru kurang bisa mengawasi siswa yang mengikuti proses pembelajaran. Alhasil, kesuksesan proses pembelajaran sangatlah tergantung pada siswa yang mengikuti.
Murid-murid harus memiliki motivasi untuk mengikuti jadwal belajar daring dan tidak berlaku curang dalam mengerjakan tes yang diadakan. Bila tidak memiliki motivasi ini, murid-murid cenderung tidak dapat menyerap materi yang sedang mereka pelajari dengan baik dan evaluasi pun seakan-akan hanya bagian dari prosedur.
3. Gaya belajar yang berbeda
Photo by Andrea Piacquadio from Pexels
Setiap orang pasti memiliki keunikan tersendiri, termasuk metode atau gaya belajarnya. Ada yang lebih fokus bila belajar sendiri dan di ruangan dengan kondisi super kondusif, tapi ada juga yang dapat menyerap pelajaran lebih mudah sambil mendengarkan musik atau lewat pengalaman langsung.
Sedangkan, belajar daring hanya mendukung satu atau dua gaya belajar saja. Dalam kata lain, belajar daring tergolong kurang dinamis apabila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional di mana guru dapat secara cepat dan tangkas memberikan tanggapan maupun arahan yang paling cocok untuk tiap orang.
Oleh karena itu, ketika kembali ke sekolah maupun tempat umum lainnya seperti kantor, halte/stasiun, tempat rekreasi, restoran, dll, kita wajib melindungi diri sendiri dan orang-orang di sekitar dengan mengikuti protokol kesehatan seperti rajin mencuci tangan dengan sabun atau hand-sanitiser, memakai masker, menjaga jarak aman, serta menerapkan etika batuk dan bersin yang benar di depan umum.
Namun, untuk meningkatkan efektivitas pencegahan COVID-19, kita perlu solusi yang dapat membantu menjaga keamanan aktivitas edukasi agar kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dengan nyaman dan aman.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pembukaan kembali sekolah, universitas, dan pusat edukasi lainnya di era new normal ini adalah:
Memberlakukan pengecekan suhu tubuh sebelum murid memasuki area sekolah
Pengecekan suhu tubuh konvensional menggunakan thermo gun memang banyak digunakan, namun tahukah Anda bahwa meski keamanannya sudah teruji, hasil pengukuran thermo gun terkadang menunjukkan suhu yang tidak konsisten?
Belum lagi penggunanya harus berada cukup dekat dengan objek. Pilihan yang jauh lebih efektif dalam mengusung kampanye jaga jarak tentu patut dipertimbangkan, bukan? Contohnya alat deteksi suhu tubuh otomatis ini.
Selain memiliki sistem teknologi pengenal wajah pintar, Anda tidak perlu repot lagi menugaskan staf jaga di depan pintu. Semua bisa dikerjakan hanya dengan satu alat.
Memastikan ketersediaan hand-sanitiser
Kendala human-error seperti lupa membawa hand-sanitiser pribadi terkadang pernah atau sering dialami sejumlah orang. Meski tempat umum menyediakan hand-sanitiser dalam botol dan tempat cuci tangan, kenyataannya fasilitas yang tersedia kerap kali tidak terjaga aspek higienisnya dan justru menjadi sarang bakteri maupun virus.
Bagi mereka yang menginginkan solusi cepat dan efektif, keadaan ini sangatlah tidak menguntungkan. Karena itu, kami hadir membawa teknologi hand-sanitiser terkini, yang cocok digunakan di berbagai tempat umum.
Dispenser hand-sanitiser otomatis ini memiliki sensor otomatis yang dapat mengeluarkan cairan antiseptik dengan cara mendekatkan tangan ke arah sensor sehingga jauh lebih higienis dibandingkan dengan pembersih tangan konvensional.
Ditambah lagi, dispenser hand-sanitiser otomatis ini juga dilengkapi layar informasi digital tahan air yang dapat menampilkan iklan atau konten edukatif penting lainnya dalam berbagai format multimedia (grafis, video, teks berjalan, dll).
Apabila Anda ingin mengetahui teknologi dan solusi lain yang mungkin cocok untuk diaplikasikan di lingkungan sekolah Anda pada saat pandemi, cek solusi kami disini.
Apabila Anda ingin mengetahui teknologi dan solusi lain yang mungkin cocok untuk diaplikasikan di lingkungan sekolah Anda pada saat pandemi, cek solusi kami di produk-produk pencegahan COVID-19