Tren sistem pembayaran digital semakin diminati di beberapa tahun belakangan ini. Memasuki kuartal akhir tahun 2021, negara-negara di seluruh dunia masih bergulat menghadapi pandemic COVID-19. Pandemi ini memberi dampak yang sangat besar untuk berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk dalam cara bertransaksi.
Dengan regulasi pemerintah yang mewajibkan masyarakat untuk menerapkan physical distancing dan membatasi aktivitas di luar rumah, digitalisasi dan penggunaan teknologi pun hadir sebagai penyelamat.
Ketika bisnis mulai beralih online dan digital, masyarakat pun akan bertransaksi secara online melalui smartphone atau komputer mereka. Dalam prosesnya, transformasi pembayaran digital ini dipaksakan untuk berjalan lebih cepat karena pandemi telah mengubah banyak kebiasaan. Pola hidup masyarakat yang baru ini pun mengubah ekosistem pembayaran di berbagai belahan dunia, termasuk Asia Tenggara. Transaksi contactless dan pembayaran digital telah menjadi norma baru dan ekonomi di Asia Tenggara diprediksi akan berevolusi dan mengalami digitalisasi dalam waktu dekat.
Istilah unprecedented times require unprecedented measures sepertinya cocok dengan perubahan ini karena memang langkah luar biasa harus diimplementasikan agar bisa bertahan di tengah pandemi. Oleh karena itu, berbagai industri bisnis gencar melakukan digitalisasi.
Perubahan ini juga tampak pada data yang memperlihatkan bahwa penjualan eCommerce meroket ketika pandemi. Di Asia Tenggara sendiri, pertumbuhan yang harusnya tercapai dalam satu dekade, bisa tercapai dalam satu tahun terakhir saja dengan prediksi tambahan pertumbuhan industri eCommerce hingga 5,5% pada akhir tahun 2021 (techcollectivesea.com).
(Foto oleh Snowing di Freepik)
Meskipun pandemi sudah berakhir, metode pembayaran digital diprediksi akan terus menjadi ‘primadona’ di masyarakat karena penggunaannya yang mudah, biaya yang rendah dan minim kontak.
Sebelum pandemi, penggunaan metode pembayaran digital sudah meningkat secara global dan dengan adanya pandemi penggunaan metode pembayaran digital turut meningkat secara drastis.
Saat ini, lebih dari 70% populasi di Asia Tenggara seperti Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Indonesia dan Filipina sudah menggunakan online channel dan memiliki online presence. Hal ini turut menjadi faktor pendorong pertumbuhan pembayaran digital sebesar 3% dan diperkirakan akan tumbuh hingga mencapai US$1200 miliar pada tahun 2025.
Selain itu, diperkirakan bahwa lebih dari setengah populasi dunia akan menggunakan e-Wallet pada tahun 2023; yang artinya meningkat sebanyak 2,3 miliar orang pada tahun 2020 dan akan menjadi hampir 4 miliar orang hanya dalam kurun waktu 2 tahun.
Di Asia Tenggara sendiri, 22% responden melakukan transaksi pembayaran menggunakan e-Wallet yang menunjukan peningkatan sebesar 14% dari tahun 2019. Angka tersebut akan terus meningkat menjadi 84% pada tahun 2025.
Berdasarkan survei yang dilakukan fintechnews.sg, dari 6.000 responden yang disurvei di seluruh Indonesia, Thailand, Singapura dan Malaysia, 61% responden memilih skema pembayaran digital sebagai metode pembayaran pilihan pada tahun 2021.
Thailand dan Singapura adalah pengadopsi terbesar pembayaran digital, dengan masing-masing 72% dan 64% responden, menyukai metode pembayaran tersebut.
Source: (https://fintechnews.sg/53356/payments/real-time-digital-payments-soar-in-southeast-asia/)
Di tahun 2020, pasar eCommerce di Asia Tenggara juga tumbuh secara mengejutkan sebesar 63% dan mencapai total volume sebesar US$62 miliar. Industri eCommerce diprediksi akan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan.
Dengan data dan fakta tersebut bisa disimpulkan bahwa tren pembayaran digital akan terus meningkat tidak hanya di Asia Tenggara namun di seluruh dunia.
Baca Juga: Transfer Online Menjadi Lebih Murah dan Mudah dengan BI-FAST Payment